Judul artikel kali ini
tiba-tiba saja terlintas di pikiran saya ketika menonton sebuah film produksi
Daqu Movie yang berjudul “Sang Penolong Hidup”. Saya memang sangat senang nonton
film-film produksi Daqu Movie karena film-film nya syarat dengan makna
kehidupan, di dalamnya kita diajarkan tentang syariat islam tentunya dengan
cara yang menyenangkan - melalui film. Judul ini juga saya kutip dari salah satu buku baacaan saya yang judulnya “Jangan Hidup Jika Tak Memberi Manfaat” karya Muhammad Yasir Lc. Saya rasa
tak ada salahnya jika mengkajinya lebih mendalam. Oke, kembali ke topik utama kita kali ini.
Memberi adalah kerja
iman, maka yakinlah ia akan senantiasa berumur panjang. Itulah kalimat yang saya
kutip dari buku tersebut. Memberi atau sedekah merupakan salah satu dari tiga
hal yang dapat memperpanjang umur selain bersilaturahmi dan berbakti kepada
kedua orang tua. Harta sesungguhnya yang kita miliki adalah apa yang kita
berikan kepada orang lain. Memberi dapat mengundang banyak kebaikan dan dapat
memberikan kepuasan tersendiri kepada pelakunya tentunya ketika sang pelaku
ikhlas melakukannya.
Kita seringkali terampil
menerima daripada memberi. Lebih bisa meminta daripada berbagi. Kita banyak
meminta kepada orang lain, tapi seringkali kita lupa untuk memberi. Kita tidak
sadar bahwa yang diberikan pada hakikatnya adalah untuk kita sendiri, bukan
untuk orang lain. Keutamaan memberi atau bersedekah terdapat dalam hadits
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Tidak satu hari pun yang dilalui oleh hamba Allah, kecuali ada dua
orang malaikat turun kepadanya. Satu di antaranya berdo’a: Ya, Allah berilah
ganti bagi orang yang menafkahkan hartanya di jalan-Mu. Sedangkan yang lainnya
berdo’a: Ya Allah berilah kerusakan atas harta orang yang enggan
menafkahkannya.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan mencegah dari
proses kematian yang menyengsarakan.” (HR. Tirmidzi)
Orang yang berhak menerima sedekah
Orang yang berhak dan
yang lebih utama menerima sedekah adalah keluarga dan kaum kerabat. Setelah itu baru orang lain. Sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Jika ada salah seorang di antara kalian yang fakir, maka hendaklah ia
memulai dengan dirinya sendiri. Setelah ada kelebihan, maka hendaklah ia
memberi keluarganya. Jika masih ada kelebihan juga, maka hendaklah memberi
kepada kaum kerabatnya. Atau sabdanya: kepada orang yang disayangi dan jika ada
kelebihan maka di sini dan di sini.” (HR. Muslim)
Kita dianjurkan
bersedekah baik di mudah maupun susah. Bukankah ini terdengar aneh? Bagaimana kita
bersedekah jika kebutuhan sendiri saja tidak cukup? Nah, di sinilah terletak
keajaiban bersedekah. Di sinilah kita diuji apakah kita rela berbagi meski
keadaan diri juga sedang membutuhkan.
Orang yang selalu percaya
dan yakin dengan Allah tidak akan memandang hidup ini hanya dengan kacamatanya
sendiri. Sebagai manusia yang memiliki banyak keterbatasan, Ia akan
mengantungkan harapannya kepada Allah. Kalau Allah menganjurkan sesuatu untuk
dilakukan, tentulah itu baik untuk kita. Meskipun susah dan berat, ada baiknya
kita membiasakan untuk bersedekah. Bersedekah dapat pula dipandang sebagai
akibat dari rasa syukur kita kepada Allah. Kita rela dengan apa yang diberikan
Allah, bersyukur atas rezki-Nya dan berupaya berbagi dengan sesama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menentukan rezki kita. Lalu untuk apa takut ketika kita memberikan
sebagian milik kita kepada orang lain, terutama bagi yang membutuhkan.
“Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan percaya dengan
kehadiran-Nya, maka kami akan siapkan baginya jalan kemudahan. Adapun orang
yang kikir dan selalu merasa dirinya cukup-tidak memerlukan Allah. Lalu mendustakan
balasan terbaik dari-Nya, maka kami akan siapkan baginya jalan kesukaran.”
(QS. Al-Lail [92]: 5-10)
Sobat, mari kita membenah
diri dan membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik. Sebagai manusia yang
seringkali dihinggapi rasa kikir, semoga Allah memberikan cahaya-Nya kepada
kita semua dan menjadikan hati-hati ini lebih condong kepada kebaikan dan
memudahkan kita untuk memberi serta berbagi dengan orang lain. Semoga apa yang
kita usahakan beroleh ridho-Nya.
Ya
Allah, terangilah hati kami dengan cahaya hidayah-Mu, sebagaimana Engkau
menerangi bumi ini dengan cahaya matahari-Mu. Semua hanya berkat rahmat-Mu,
duhai Tuhan yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Aamiin.
Sumber:
Syekh Kamil Muhammad 'Uwaidah. 2017. Fiqih Wanita. Depok: Fathan Media Prima.
Yadi Saeful Hidayat. 2012. Aku Jauh Engkau Jauh Aku Dekat Engkau Dekat. Bandung: Mizania.
0 komentar:
Posting Komentar