Bismillahirrahmanirrahim
Tulisan ini layaknya sebutir debu di tengah sahara yang nyaris tak terdengar. Tapi biarlah, setidaknya ia mencoba membuka mulut untuk memberikan perubahan dan semoga ini berguna. |
KUCERITAKAN PADAMU
Akan
kuceritakan padamu tentang riak-riak rasa
tentang
garis-garis yang menyusun nafas kehidupan
dan
tentang titik yang membentuk huruf-huruf dalam cerita kehidupan
Aku
pernah banyak mengeluh tentang hidup ini
riak-riak
detiknya memakukan kita pada dua persimpangan jalan
pada
setiap langkah yang terayun
Aku
pun pernah meneriakkan kecewa yang melangit
dalam
labirin-labirin hati yang tak kunjung kutemui muara terangnya
Aku
menggenggam sepi
menghabiskannya
dengan banyak sumpah serapah
mengurai
kata-kata kering makna namun kental keburukan
Tak
usah kusebut pula bulir-bulir kelam dari hatiku yang menyimpan iri
membuahkan
dengki lengkap dengan tandan bunganya
Kau
takkan pernah tahu dan tak perlu tahu
bagaimana
dengan beraninya aku menjadi penentang
Saat
sendiri, suara-suara hitam semakin cekatan merayapi pikiran
mendendangkan
asanya untuk mencengkram erat telinga-telinga para pembangkang
Aku
dan mungkin juga kamu
Biarkan
kuceritakan lebih banyak lagi tentang hidup ini
Kita
rangkai bait-baitnya membentuk garis-garis yang saling terhubung
Biar
aku gambarkan ia sebagai satu lingkaran utuh
Memulai
dari satu titik dan berakhir pada titik yang sama
Akhir
yang menuju awal
Pertambahan
yang berarti pengurangan
Umurku
bertambah satu-satu
Usiaku
berkurang satu-satu
Akan
kuceritakan padamu
setiap
hari kita menjejak jalan setapak dengan jalan berkelok nan cadas
Ada
kalanya melewati gundukan
Adakalanya
harus memelankan langkah menuruni jalan menurun
Tapi
aku tak memahamimu, juga tidak diriku sendiri
mengapa
kita hanya ingin berjalan di tempat yang rata
Berjalan
dengan santai
tak
juga ingin dipusingkan oleh pilihan pada dua percabangan jalan
Bukankah
kau sudah punya tujuan?
Hingga
kau harusnya tahu mana langkah yang harus diambil
Mudah
saja, ikuti tujuan itu, dengarkan bisikan hatimu
Kuharap,
aku dan kamu dapat melakukannya
Tapi,
aku coba tengok ke belakang
Kutatap
jejak yang pernah kuambil
Aku
pernah, terjatuh karena salah mengambil jalan
lalu
mencoba bangkit dan menyusur jalan lagi
dengan
sisa detik yang masih mengalun
Kuraba
wajahku
ternyata
sujudku masih belum khusyu’
Lalu
kubuka kembali peta kehidupan kita
Kutemukan
di sana ada ngarai yang airnya sangat jernih
Kucelupkan
tanganku,
kukibaskan
airnya lalu kuperoleh percikan ketenangan
seketika
menjalari hidupku dan menjadikannya lebih berwarna
Bukan
berarti bayang hitam sudah berhenti mengikutiku
Ia
masih saja ada, dan akan terus ada selama hidup itu juga ada
Hidup,
bagai koin kehidupan yang menggasing
Ada
kebaikan dan keburukan yang beradu bergantian
Aku
tak habis pikir, jumlah rintik hujan yang jatuh ke bumi
mungkin
tak kalah banyak dengan keburukanku,
tapi
tetap saja ada pintu yang menantiku.
Ketika
ku ketuk pintu itu, kutemui gelapku menjelma terang
Ada
jaminan pengampunan yang diberi-Nya, setiap kali pintu itu diketuk
Hanya
saja, aku tak habis pikir denganmu, juga dengan diriku sendiri
Mengapa
lisan ini begitu keluh untuk melantunkan istigfar
Heh,
kita lebih mudah melantunkan kalimat-kalimat yang kerontang - kering makna
Biar
kuceritakan padamu,
tentang
pagi dengan sinarnya yang menguning
tentang
pepohonan yang menggugurkan daunnya
harus
jatuh dan tergeletak di tanah untuk memberikan manfaat baru
tentang
hujan yang membasuh bumi
menumbuhkan
benih-benih yang keriput bekas gelapnya malam
tumbuh
dan menantang kehidupan dengan pucuk-pucuknya
Biar
kuceritakan padamu, tentang dua wajah hidup
layaknya
siang dan malam, bahagia dan sengsara
akan
ada perubahan dalam setiap deruhnya
Kalaupun
nanti kita terpaksa bersedih
Kita
ceritakan saja dalam bentuk bisik
Lalu
bungkus dalam amplop putih
Lipat
dengan hati-hati
lalu
kirim pada sepertiga malam
Akan
kuceritakan padamu
Nurfadillah Salam
Gowa, 20 Februari 2018
0 komentar:
Posting Komentar