“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menanggung perihnya kebodohan” Imam
Syafi’i
Setelah terlepas dari
rutinitas kampus, saya sudah tidak memiliki rutinitas belajar seperti biasa.
Dalam benak saya, kewajiban belajar sudah hilang dari saya. Untuk apa? Toh saya
sudah tidak kuliah lagi. Belajar sudah tidak diperlukan lagi. Tapi ternyata
anggapan saya salah.
Saya terlalu sempit dalam
memberikan defenisi untuk belajar. Pada hakikatnya, belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan seumur hidup. Sebagaimana prinsip belajar “long life education”, belajar dilakukan seumur hidup. Menilik
prinsip ini. Belajar tidak hanya melulu membaca buku dan mengerjakan soal-soal.
Belajar itu merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang tahu
menjadi lebih tahu. Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap
Muslim dan muslimah. Dan oleh karena itu, tidak ada kata berhenti untuk
belajar.
Pada hakikatnya, belajar
bukan hanya sekedar untuk menimbun pengetahuan, tetapi juga untuk
menyalurkannya agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Itulah hakikat
utama dari belajar, yakni agar ilmu yang kita pelajari itu bermanfaat. Ilmu
yang diwajibkan untuk dipelajari adalah ilmu agama. Alasannya, agama adalah
penuntun hidup kita menuju keyakinan akan kehidupan yang hakiki. Tanpa ilmu
agama, kita layaknya orang yang buta. Tidak ada pemahaman dan hanya mengikuti
arus kehidupan tanpa ada pengarah.
Sampai kapankah kita akan
belajar? Apakah setelah puncak gelar kita raih, merupakan tanda berhentinya
kita belajar? Ya, belajar baru berhenti ketika puncak gelar kita raih. Dan tahukah
kalian apa puncak gelar yang diraih manusia? Almarhum. Ya, setelah gelar
Almarhum/Almarhumah telah berada pada kita, maka belajar baru boleh berhenti. “Tuntutlah
ilmu sampai liang lahat” itulah tuntunan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada
kita. Belajar di kelas (sekolah atau bangku kuliah) hanyalah sebagian kecil
dari tempat belajar, di mana kita bisa menimba ilmu. Yang terpenting adalah
jangan pernah berhenti belajar.
Belajar bukan hanya
tentang bangku sekolah dimana kita menimba banyak pelajaran, melainkan juga di
dapat dilakukan di mana saja seperti di keluarga dan lingkungan. Baik bangku
sekolah, keluarga ataupun masyarakat, semuanya penting dalam membentuk pribadi
kita dengan porsi pengaruhnya masing-masing. Saya sering mendengar pendapat orang-orang tentang bangku sekolah. Banyak orang yang beranggapan, untuk
apa sekolah tinggi-tinggi, toh ternyata semua pelajaran yang kita peroleh tidak
akan kita ingat sampai sekarang, banyak di antara pelajaran-pelajaran itu tidak diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hello guys, jangan terlalu sempit dalam mengartikan arti sekolah. Kita
sekolah tidak melulu untuk menghapal banyak pelajaran dan menampungnya di dalam
pikiran. Tujuan sekolah bahkan lebih luas dari itu semua. Melalui sekolah, kita
diajarkan kerjasama dan bersosialisasi dengan banyak orang dengan sifat yang
berbeda-beda. Bukan hanya itu, melalui sekolah, kita diajarkan untuk memiliki
kemampuan problem solving dalam menghadapi setiap masalah-masalah yang dihadapi
di sekolah, mulai dari masalah dengan teman sebaya, dengan guru maupun
masalah-masalah tentang tugas-tugas sekolah. Melalui sekolah kita diajarkan
untuk disiplin, datang sekolah tepat waktu sesuai dengan aturan yang ada. Kita diajarkan
untuk memimpin atau bekerjasama dengan orang lain melalui banyak organisasi
intra maupun ekstra sekolah.
Dalam pandangan Biologi,
manusia adalah kesatuan antara genotip dan fenotip. Genotip adalah susunan gen
yang menentukan sifat, sedangkan fenotipe adalah suatu karakteristik yang dapat
diamati dari suatu organisme. Fenotipe diperoleh dari genotip dan pengaruh
lingkungan. Prof Irawan Yusuf, mantan
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas yang saya kutip dari kolom opini edisi 13
Februari 2018 di koran FAJAR yang berjudul “Umat dengan Gen On” tulisan Qashim
Mathar, mengatakan sebagaimana yang saya tulis berikut:
“Gen adalah unit fungsional yang paling mendasar pada mahluk hidup. Gen-gen ini menyandi ratusan ribu protein. Kita dianugerahi
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sekitar 25 ribu gen. Setiap protein setidaknya
mengatur 1 fungsi. Misalnya gen insulin menyandi hormon Insulin yang berfungsi
mengatur metabolisme karbohidrat. Kalau gen ini mengalami kelainan, dia tidak
dapat mengahasilkan insulin, sehingga metabolisme karbohidrat terganggu dan
individu tersebut menderita diabetes. Jadi, tubuh kita menjalankan ratusan ribu
fungsi dan baru sedikit yang diketahui. manusia yang jumlahnya lebih dari 7
Miliar, gennya 99,9999% sama di semua suku/bangsa di dunia ini. Namun, tidak
ada satu pun manusia yang sama persis. perbedaannya hanya 0,0001% membuat
manusia sangat beragam/bervariasi. Faktor yang sangat penting dalam membentuk
keunggulan dari suatu individu adalah faktor lingkungan. Gen kita hampir sama,
namun faktor lingkunganlah yang menyebabkan gen kita aktif (on) atau tidak
aktif (off)"
Salah satu cara untuk mengaktifkan gen positif kita adalah dengan belajar berbagai hal yang tentunya juga positif. Dengan belajar, kita akan menguatkan pengaruh lingkungan di dalam diri
kita sehingga dapat meningkatkan potensi kita di dalam hidup dan bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, lingkungan serta agama.
0 komentar:
Posting Komentar