WHAT'S NEW?
Loading...

Belajar Merupakan Salah Satu Cara Mengaktifkan Gen Positif





Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menanggung perihnya kebodohanImam Syafi’i

Setelah terlepas dari rutinitas kampus, saya sudah tidak memiliki rutinitas belajar seperti biasa. Dalam benak saya, kewajiban belajar sudah hilang dari saya. Untuk apa? Toh saya sudah tidak kuliah lagi. Belajar sudah tidak diperlukan lagi. Tapi ternyata anggapan saya salah.

Saya terlalu sempit dalam memberikan defenisi untuk belajar. Pada hakikatnya, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seumur hidup. Sebagaimana prinsip belajar “long life education”, belajar dilakukan seumur hidup. Menilik prinsip ini. Belajar tidak hanya melulu membaca buku dan mengerjakan soal-soal. Belajar itu merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu, dari kurang tahu menjadi lebih tahu. Sebagaimana hadist Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim dan muslimah. Dan oleh karena itu, tidak ada kata berhenti untuk belajar.

Pada hakikatnya, belajar bukan hanya sekedar untuk menimbun pengetahuan, tetapi juga untuk menyalurkannya agar bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Itulah hakikat utama dari belajar, yakni agar ilmu yang kita pelajari itu bermanfaat. Ilmu yang diwajibkan untuk dipelajari adalah ilmu agama. Alasannya, agama adalah penuntun hidup kita menuju keyakinan akan kehidupan yang hakiki. Tanpa ilmu agama, kita layaknya orang yang buta. Tidak ada pemahaman dan hanya mengikuti arus kehidupan tanpa ada pengarah.

Sampai kapankah kita akan belajar? Apakah setelah puncak gelar kita raih, merupakan tanda berhentinya kita belajar? Ya, belajar baru berhenti ketika puncak gelar kita raih. Dan tahukah kalian apa puncak gelar yang diraih manusia? Almarhum. Ya, setelah gelar Almarhum/Almarhumah telah berada pada kita, maka belajar baru boleh berhenti. “Tuntutlah ilmu sampai liang lahat” itulah tuntunan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada kita. Belajar di kelas (sekolah atau bangku kuliah) hanyalah sebagian kecil dari tempat belajar, di mana kita bisa menimba ilmu. Yang terpenting adalah jangan pernah berhenti belajar.

Belajar bukan hanya tentang bangku sekolah dimana kita menimba banyak pelajaran, melainkan juga di dapat dilakukan di mana saja seperti di keluarga dan lingkungan. Baik bangku sekolah, keluarga ataupun masyarakat, semuanya penting dalam membentuk pribadi kita dengan porsi pengaruhnya masing-masing. Saya sering mendengar pendapat orang-orang tentang bangku sekolah. Banyak orang yang beranggapan, untuk apa sekolah tinggi-tinggi, toh ternyata semua pelajaran yang kita peroleh tidak akan kita ingat sampai sekarang, banyak di antara pelajaran-pelajaran itu tidak diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hello guys, jangan terlalu sempit dalam mengartikan arti sekolah. Kita sekolah tidak melulu untuk menghapal banyak pelajaran dan menampungnya di dalam pikiran. Tujuan sekolah bahkan lebih luas dari itu semua. Melalui sekolah, kita diajarkan kerjasama dan bersosialisasi dengan banyak orang dengan sifat yang berbeda-beda. Bukan hanya itu, melalui sekolah, kita diajarkan untuk memiliki kemampuan problem solving dalam menghadapi setiap masalah-masalah yang dihadapi di sekolah, mulai dari masalah dengan teman sebaya, dengan guru maupun masalah-masalah tentang tugas-tugas sekolah. Melalui sekolah kita diajarkan untuk disiplin, datang sekolah tepat waktu sesuai dengan aturan yang ada. Kita diajarkan untuk memimpin atau bekerjasama dengan orang lain melalui banyak organisasi intra maupun ekstra sekolah.

Dalam pandangan Biologi, manusia adalah kesatuan antara genotip dan fenotip. Genotip adalah susunan gen yang menentukan sifat, sedangkan fenotipe adalah suatu karakteristik yang dapat diamati dari suatu organisme. Fenotipe diperoleh dari genotip dan pengaruh lingkungan. Prof Irawan Yusuf, mantan Dekan Fakultas Kedokteran Unhas yang saya kutip dari kolom opini edisi 13 Februari 2018 di koran FAJAR yang berjudul “Umat dengan Gen On” tulisan Qashim Mathar, mengatakan sebagaimana yang saya tulis berikut:

Gen adalah unit fungsional yang paling mendasar pada mahluk hidup. Gen-gen ini menyandi ratusan ribu protein. Kita dianugerahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sekitar 25 ribu gen. Setiap protein setidaknya mengatur 1 fungsi. Misalnya gen insulin menyandi hormon Insulin yang berfungsi mengatur metabolisme karbohidrat. Kalau gen ini mengalami kelainan, dia tidak dapat mengahasilkan insulin, sehingga metabolisme karbohidrat terganggu dan individu tersebut menderita diabetes. Jadi, tubuh kita menjalankan ratusan ribu fungsi dan baru sedikit yang diketahui. manusia yang jumlahnya lebih dari 7 Miliar, gennya 99,9999% sama di semua suku/bangsa di dunia ini. Namun, tidak ada satu pun manusia yang sama persis. perbedaannya hanya 0,0001% membuat manusia sangat beragam/bervariasi. Faktor yang sangat penting dalam membentuk keunggulan dari suatu individu adalah faktor lingkungan. Gen kita hampir sama, namun faktor lingkunganlah yang menyebabkan gen kita aktif (on) atau tidak aktif (off)"

Salah satu cara untuk mengaktifkan gen positif kita adalah dengan belajar berbagai hal yang tentunya juga positif. Dengan belajar, kita akan menguatkan pengaruh lingkungan di dalam diri kita sehingga dapat meningkatkan potensi kita di dalam hidup dan bermanfaat untuk diri sendiri, orang lain, lingkungan serta agama.

0 komentar:

Posting Komentar